Kamis, 05 Februari 2009

Peace Generation Sarana Perdamaian Anak Sekolah

Garut,RRI (kamis 5 pebuari 09)

Sedikitnya 60 guru yang terdiri dari TK hingga SMA Se-Kabupaten Garut dibekali pelatihan pendidikan damai yang diselenggarakan Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia (LCKI) Garut dan Cahaya Foundation di Hotel Tirtagangga Cipanas Garut, kemarin.“Pelatihan Training of Trainers (ToT) pendidikan damai selama dua hari itu diikuti perwakilan guru-guru mulai TK, SD, SMP dan SMA,” kata Ketua Panitia Iyus Suryana Enam pelatih (trainer) dari Bandung yang terdiri dari Eric lincoln, Ayi Yanuar, Ahmad Zahrir, Davi, Ani Fahani, dan Iim memberikan pengetahuan tentang dasar-dasar pendidikan damai yang nantinya akan diajarkan kepada ribuan anak siswa Se-Kabupaten Garut.Forum anak adalah sebuah wadah bagi anak-anak untuk menyuarakan hak-hak dan aspirasi mereka. Melalui forum itu anak-anak belajar berbagai ketrampilan hidup seperti seni, dan lain-lain. Sehingga, melalui pelatihan ini tenaga pendidik diharapkan dapat menyebarluaskan damai ke seluruh pelosok Garut. “Guru-guru dan remaja Garut merupakan asset pembangunan bangsa yang dapat menjadi agen perdamaian dan turut melestarikannya,” kata Program Manager Ahmad Zahir Modul pelatihan yang digunakan adalah buku ‘Peace Generation’ yang ditulis oleh Irfan Amalee dan Eric Lincoln dan telah direvisi serta disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia. Buku tersebut memuat 12 pelajaran dasar perdamaian. Diantaranya, bagaimana berdamai dengan diri sendiri, no curiga no prsangka, menerima perbedaan dan tetap berteman.Beda kenyakinan nggak usah musuhan, tidak diskriminatif, laki-laki perempuan sama-sama manusia, kaya nnggak sombong miskin nggal minder, Ngegank, Indahnya perbedaan, konflik bikin kamu dewasa, Pake otak jangan maen otot, berani mengaku salah dan tidak pelit memberi maaf kepada seseorang,dan memberi maaf merupakan inti dari pelajaran yang sangat bermanfaat bagi anak-anak Garut.Selain itu, para peserta melakukan inagurasi, dengan menggambar pemandangan, nyanyi bersama serta melakukan persentasi cara menyampaikan bahasa yang baik terhadap siswa didik, yang di bimbing oleh salah seorang trainer. Mereka, komitmen siap menjadi agen perdamaian dimanapun mereka berada dan siap untuk membangun jaringan pejuang perdamaian serta akan ikut aktif berpartisipasi didalam semua kegiatan perdamaian baik di Garut maupun di luar Garut.Trainer Eric Lincoln mengatakan, pelatihan perdamaian di Kabupaten Garut ini merupakan pertama kali dilaksanakan, dan untuk diketahui kata Eric, kegiatan ini bukan hanya di gelar di Garut saja. Melainkan di beberapa kota besar lainnya, seperti Aceh Nanggroe Darusalam (NAD), Kalimantan, Sulawesi, Bandung, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan beberapa kota lainnya.Eric yang kebangsaan Amerika ini mengaku, tinggal di Indonesia sudah 15 tahun, dia tinggal di Jalan Lodaya Bandung.Lebih Jauh Eric juga mengatakan, upaya mencegah konflik bukan pekerjaan yang mudah. Semua pihak harus terlibat dalam membangun kesamaan persepsi tentang perdamaian.“Membangun persepsi tentang perdamaian pada masyarakat harus dimulai dari generasi muda terutama anak-anak. memberikan pendidikan tentang perdamaian di sekolah menjadi sangat penting untuk dilakukan,” kata pria bule yang lahir 23 Maret 1960 ini.Organisasi yang dibentuk pada 2007 lalu ini telah berhasil membuat buku paket tentang pendidikan perdamaian atau pendidikan Peace Generation. Sekarang buku tersebut telah di cetak dan kerjasama dengan penerbit Gramedia. “Sejak dini pelajar harus mulai dilatih untuk menghargai perbedaan di masyarakat sebab banyak kasus kekerasan atau konflik yang terjadi disebabkan adanya salah komunikasi antara pihak yang satu dengan yang lain,” tuturnya. (IrwaN Rudiawan)

Masyarakat Kerap Artikulasikan HMI Garut Sebagai Gerakan Destruktif

Garut,RRI (kamis 5 pebuari 09)

Ketua Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) Cabang Garut, Andri Kurniawan menilai, kasus tewasnya Ketua DPRD Sumatra Utara (sumut) Abdul Azis Angkat dalam peristiwa unjuk rasa menuntut pemekaran tapanuli utara untuk mendapatkan persetujuan dari DPRD yang berakhir anarkis di gedung dewan sumut, merupakan bagian dari kerasnya kultur aktifis dan mahasiswa indonesia bagian timur terlepas dari muatan aspirasi murni atau ditumpangi disamping itu juga penyebab lainnya adalah ketidakseimbangan antara kekuatan pengunjuk rasa dengan aparat kepolisian. Dalam kontek aksi gerakannya, HMI cukup mendukung, namun HMI tidak sepakat jika aksi sudah diluar batas atau garis komando, apalagi hingga menimbulkan korban jiwa.Andri Kurniawan mengakui, jika aksi HMI selama ini tidak jarang dan selalu diartikulasikan pada hal hal yang destruktif namun HNMI Garut senantiasa membuat pola aksi yang lebih akomodatif dan elegan dalam menyikapi berbagai persoalan atau isu panas yang berkembang dikabupaten Garut....Dibagian lain HMI Garut menyarankan kepada aparat kepolisian sebagai lembaga kopetensi dalam setiap pengamanan unjuk rasa, peristiwa unjuk rasa anarkis di sumatra utara yang hingga menelan korban jiwa itu diharapkan dapat menjadi proyeksi kedepan dalam mengestimasi atau mengukur kekuatan pengunjuk rasa yang dilakukan oleh organisasi masyarakat dan aktifis lainnya yang harus diimbangi oleh kekuatan aparat kemanan yang ekstra ketat dan hal itu sebagai penyeimbang dari aksi kekerasan yang dilakukan oleh para demontran.Irwan Rudiawan. Irwan Rudiawan