Selasa, 24 Maret 2009

2 Pasien Susfek Flu burung di Rawat Intensif di RSUD Garut

GARUT,RRI (rabu 25 maret 09 )-
Sejak kemarin hingga hari ini Dua kakak beradik, Ikah,35, dan Aning, 30, keduanya warga Kampung Pabrik RT 01/12 Desa Cintanagara, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, Jawa Barat yang diduga terinfeski (suspect) virus Avian Influenza (AI) atau flu burung dirawat intensif di kamar khusus di Rumah Sakit Umum Daerah Slamet Garut, Berdasarakan informasi yang dihimpun dari pihak keluarga pasien, Ikah dan Aning dilarikan ke RSU dr Slamet pada Senin (23/3) pagi sekitar pukul 10.00. Karena, kondisi keduanya sudah parah, seperti terinfeksi flu burung yaitu beberapa bagian tubuh seperti kaki dan tangan sudah kejang-kejang hingga sulit digerakkan disertai flu berat, sesak nafas, dan
demam tinggi bahkan sudah tak bisa bisa bicara. Kini keduanya terbaring di ruang isolasi khusus RSU dr Slamet Garut untuk menjalani perawatan secara intensif.Menurut Majid, 34, Ikah dan Aning dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 02.00 pagi, karena kondisi keduanya sudah terlihat parah dan lemas. Majid menjelaskan, sebelum kakak dan adiknya terkena Susfect flu burung, kurang lebih sepekan sebelumya, beberapa ekor ayam di kampung milik tetangga yang berjarak
sekitar 50 meter dari rumahnya, ada yang mati mendadak. Selang beberapa hari setelah
kematian ayam, tetangganya tiba-tiba menderita penyakit flu yang mirip di derita Ikah dan
Aning yaitu flu yang disertai demam tinggi serta sesak nafas. Setelah itu, lanjut Majid, beberapa waktu kemudian tiba-tiba kakak ipar Majid, Ikah mengalami gejala yang sama yaitu flu dan demam tinggi yang disertai sesak nafas. Lalu beberapa saat kemudian, Aning, adiknya, ikut pula terjangkit, hingga kedunya terlihat parah dan langsung dilarikan ke RSUD Slamet Garut. Berdasarkan pemeriksaan rumah sakit hasilnya ditemukan unsur-unsur yang mengarah
kepada infeksi AI. Yang akhirnya dokter di RSU dr Slamet Garut memutuskan keduanya
untuk langsung dimasukkan ke ruang isolasi khusus. Kepala BP RSU dr Slamet Garut, dr Widjajanti Utojo membenarkan saat ini dua pasien suspect AI tengah menjalani perawatan di ruang isolasi flu burung RSU dr Slamet..Irwan Rudiawan

Jeruk Garut Yang Hampir Punah kembali di Berdayakan

Garut.RRI (rabu 25 maret 09 )
Masa kejayaan Jeruk Garut yang sempat terancam punah akan segera bersemi kembali .
Sebuah upaya pembudidayaan kembali Jeruk Garut kini tengah dilakukan Pemerintah
Kabupaten Garut. Populasi Jeruk Keprok Garut (JKG) hingga akhir 2004 lalu berjumlah 249.461 pohon di lahan seluas 699,92 hektare. Namun dari jumlah tersebut, jenis JKG hanya mencapai 113.678 pohon (33%), sementara sisanya berupa jeruk keprok siem dan jenis lainnya
mencapai 235.783 pohon (67%).Dari 140.808 tanaman jeruk yang telah menghasilkan, produksinya mencapai 6.760 ton/tahun dengan produktivitas 48,05 kg/pohon/tahun. Jeruk Garut yang sempat sangat terkenal secara nasional adalah jenis Jeruk Keprok Garut (citrus nobilis var. chrysocarpa).Berbeda dengan jeruk keprok lainnya (keprok siem, keprok konde, keprok licin, keprok Malang ), Jeruk Keprok Garut lebih disukai konsumen karena bersosok bongsor, rasanya manis menyegarkan, kulitnya pun regas, sehingga mudah dikupas. Pantas bila penghasilan pekebun di sentra-sentra produksi seperti Kecamatan Wanaraja dan Karangpawitan ikut terdongkrak. Dari hasil 2 kali panen, pekebun bisa menunaikan ibadah haji saat itu. Maka
kemudian banyak gelar-gelar bagi para juragan jeruk saat itu dengan titel ‘Haji Jeruk’.
Selain itu, JKG dapat digunakan sebagai obat panas dan obat batuk.Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Kabupaten Garut, Ir.Tatang Hidayat, pada tahun 1987, Dinas Pertanian saat itu mencatat sebanyak 1,3 juta pohon (areal seluas 2.600 hektare) dengan jumlah produksi yang dihasilkan kurang lebih 26.000 ton per tahun senilai kurang lebih Rp 13 miliar. Tetapi kemudian serangan CVPD tak dapat dicegah hingga beberapa tahun menyebabkan populasi Jeruk Garut terus merosot. Selama rentang lima tahun saja, pada 1992 populasinya menjadi 52.000 pohon dengan produksi hanya 520 ton/tahun......Sayang, pada 1964, manisnya perniagaan jeruk mulai surut karena mewabahnya serangan penyakit. Gejalanya, daun tumbuh tegak dan menguning, ukuran buah mengecil karena minim kadar air. Pada 1968, Universitas Padjadjaran mengungkap penyakit itu, citrus vein phloem degeneration (CVPD). Penyebabnya, mikroorganisme mirip bakteri. Perawatan tidak intensif menjadi salah satu pemicu. Akibatnya, populasi jeruk di Kabupaten Garut menurun. Pada 1970, areal tanam jeruk hanya tersisa ratusan hektar dengan hasil ratusan ton. Pada 1974, jeruk keprok masih ditanam tapi hanya di pekarangan. Di daerah sentra seperti Karangpawitan dan Tajur Wanaraja, serangan penyakit terus mendera hingga 1980. Sentra produksi beralih ke Garut bagian selatan seperti Cikelet dan Pameungpeuk.Keberadaan Jeruk Garut kian terancam setelah meletusnya Gunung Galunggung pada 1982. Ketika itu banyak pekebun gulung tikar disebabkan kesulitan modal untuk kembali mengebunkan jeruk. Mereka pun beralih membudidayakan sayuran yang jangka waktu pengembalian modalnya lebih singkat. Populasi jeruk di Kabupaten Garut terus anjlok. Pada 1992, yang tersisa hanya 52.000 pohon. Hasilnya, 520 ton jeruk/tahun, atau 100
kali lebih rendah dibanding produksi pada 1950. Irwan Rudiawan

jangan Biarkan Politisi Tak taat Aturan Jadi Pemimpin dan Pemegang Kebijakan

Garut,RRI (rabu 25 maret 09 )
Pemilu dapat dikatakan merupakan gerbang awal para pemimpin bangsa yang akan membawa kesejahteraan rakyat. Namun selain itu, pemilu juga dapat menjadi peluang besar bagi para politisi busuk, koruptor dan sampah birokrasi untuk menduduki kursi pemerintahan. Demikian isi orasi yang disampaikan anak-anak Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Garut pada aksi yang dilaksanakan di Bundaran Simpang Lima, Tarogong Garut.Dalam orasinya, HMI juga menyatakan bahwa kesengsaraan rakyat dan kebobrokan bangsa akan terjadi ketika hari ini rakyat merelakan suaranya dalam genggaman para calon penindas kesejahteraan rakyat. "Suara rakyat akan menjadi sampah manakala para pembeli suara menukarnya dengan rupiah. Mereka (caleg-) telah menggunakan agama, lembaga sosial bahkan lembaga pendidikan sebagai alat politik. Yang lebih parah, semua itu hanya sebagian kecil dari sekian banyaknya kebusukan yang dilakukan mereka hari ini,demikian dikemukakan Koordinator Aksi, Gea Eka Sakti.Disebutkan, semuanya menjadi indikator jelas bahwa mereka yang mengaku dirinya calon pemimpin bangsa, calon pemegang kebijakan pro-rakyat, tidak semuanya membawa misi kesejahteraan rakyat.Menurut pandangan anak-anak HMI ini, mustahil para caleg tersebut bisa jadi pemegang kebijkan ketika aspirasi rakyat dianggapnya sebagai barang pasar yang bisa dibelidengan rupiah. Keberadaan mereka, sangat diragukan dapat membawa nasib bangsa jika mereka sendiri terbebani kepentingan-kepentingan pihak tertentu.Atas dasar hal tersebut, dituturkan Gea, berangkat dari keinginan terwujudnya masa depan bangsa yang makmur sejahtera, terbebas dari praktik manipulasi, korupsi, kolusi dan nepotisme yang selama ini menjadi penyebab kuat ketertindasan rakyat, HMI Cabang Garut telah menyatakan sikap. Pertama, Stop politisasi agama, lembaga pendidikan dan sosial serta praktik money politik yang sangat melecehkan hak suara rakyat. Kedua, mengutuk keras politisi yang terkait kepentingan pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab terhadap kesejahteraan rakyat banyak. Ketiga, mengajak masyarakat untuk menjadi pemilih cerdas, lebih kritis, selektif, dan jangan membiarkan politisi yang tidak taat aturan, yang mencabuli hak-hak rakyat, yang tidak tahu permasalahan bangsa untuk menjadi pemimpin dan pemegang kebijakan pemerintah.Aksi yang digelar puluhan anak-anak HMI tersebut digelar mulai pukul 09.00 dengan berkumpul di Bunderan Simpang Lima Tarogong. Setelah berorasi dan membagi-bagikan statement di tempat tersebut, mereka kemudian melanjutkan aksinya dengan berjalan kaki sambil terus berorasi dan membagikan statement dengan menyusuri jalan Proklamasi dan Jalan Terusan Pembangunan.Irwan rudiawan

Koni Garut di Pacu Pertahankan Prestasi Atlit di porprof Jabar

Garut,RRI (rabu 25 maret 09 )
.Kepala sekolah olah raga sepakbola Priangan yang juga mantan atlit senam kabupaten Garut,Soni MS menegaskan, dengan kepengurusan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), yang baru yang saat ini dipimpin Oleh H.Ato, yang terpilih secara aklamasi baru baru ini berharap,dapat menyusun dan menata manegemen kepengurusan dengan baik. Sehingga, setidaknya kepengurusan Koni yang baru dapat mempertahankan prestasi atlit kabupaten Garut, khususnya dapat mempertahankan prestasi atlit Kab Garut, setidaknya bisa tetap bertengger di 10 besar diporprof tingkat jawabarat mendatang. Menurut Soni jika dilihat dari sisi prestasi atlit kabupaten Garut merupakan yang paling menonjol di jawa barat itu terbukti dibeberapa cabang olah raga seperti, sepakbola cukup banyak bertebaran atlit asal kabupaten garut yang bergabung diklab klab nasional juga prestasi
dicabang olahraga lainnya seprti senam,tenis meja serta pencak silat. InsertAtlit berprestasi kabupaten garut saat ini lebih memilih berkarir diluar daerah garut hal itu menurut Soni disebabkan oleh faktor minimnya sarana dan prasarana olah raga sebagai pendukung prestasi atlit yang dimiliki kabupaten Garut saat ini, Disamping sarana dan prasarana, Soni berharap mudah mudahan kepengurusan koni yang baru dapat membina mental mental para atlit berprestasi agar mempunyai rasa kedaerahan yang tinggi dan tidak melupakan lemah
cai atau daerah tempat dimana mereka berasal dan dibesarkan sehingga menjadi atlit yang handal dan berprestasi untuk kabupaten Garut.Irwan rudiawan

DPRD Jabar Pertanyakan Penebangan Hutan Liar di Garut

Garut.RRI (selasa 25 maret 09 )
Anggota Komisi B DPRD Jawa Barat, mempertanyakan masalah pembabatan lahan hutan seluas 500 ha yang terjadi di Kabupaten Garut, tepatnya di kawasan Cipicung, Kecamatan Pakenjeng akhir-akhir ini. Aksi pembabatan hutan yang hingga kini belum jelas siapa penanggung-jawabnya tersebut, menurut anggota Komisi B DPRD Jabar, sangat disayangkan dan tidak seharusnya terjadi. Hal tersebut terungkap dalam kesempatan reses anggota DPRD Jabar di Pendopo Kabupaten Garut.Anggota Komisi B DPRD Jabar, Toto Iskandar, mengemukakan , pihaknya sangat menyesalkan terjadinya aksi pembabatan lahan hutan dalam jumlah yang cukup luas di Kabupaten Garut tersebut. Oleh karena itu, diakuinya dirinya ingin mengetahui alasan terjadinya pembabatan
tersebut dengan menanyakan langsung kepada pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, terutama SKPD terkait namun sayangnya sebagian anggota DPRD prof jabar tersebut menyayangkan atas ketidakhadiran bupati Garut dan dinas instansi terkait. Toto iskandar
yang saat itu didampingi anggota Komisi E DPRD Jabar, Enjang Tedi, menegaskan seharusnya acara reses itu langsung dihadiri Bupati Garut, Aceng HM Fikri serta para kepala SKPD sehingga pihaknya mendapatkan imformasi yang lengkap terkait rwannya pembabatan hutan dikabupaten Garut Dalam kesempatan itu, ujar tOto, dirinya sebenarnya sangat ingin mendengar program-program yang saat ini sedang dan akan dijalankan bupati. Selain itu, diakuinya dirinya
juga sangat ingin mendengar sejauh mana program yang dijalankan bupati sudah efektif berjalan, terutama menyangkut pembenahan birokrasi dan pembangunan Kabupaten Garut.Oleh karena itu, Toto mengaku kurang begitu puas dengan perkembangan pembangunan
Kabupaten Garut karena hanya mendengar penjelasan melalui Sekda dan dinas yang hadir saat itu. Sementara itu anggota Komisi E, Enjang Tedi mengatakan, dalam kesempatan tersebut, pihaknya memaparkan temuan-temuan Komisi E, khususnya mengenai masalah pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Garut. Beberapa temuan yang dipaparkan itu antara lain mengenai beberapa bangunan sekolah dasar (SD) yang rusak dan membutuhkan penangan segera dari Pemkab Garut, termasuk SD Regol yang berada persis di samping rumah dinas Bupati. IRwan
Rudiawan