Senin, 19 Januari 2009

POLITISI DADAKAN JELANG PEMILU LEGISLATIF BANYAK BERMUNCULAN

Senin,19 Januari 2009 pukul 21.30wib

Ongkos politik paling besar yang harus dikeluarkan seorang calon legislatif adalah untuk biaya tahapan kampanye yang dilakukan bukan hanya pada saat masa kampanye tetapi juga masa sosialisasi caleg saat sekarang ini. Menurut Doktor Karim Suryadi Pakar komunikasi politik UPI Bandung,menjelang Pemilu Lagislatif 9 April 2009 mendatang,banyak bermunculan politisi dadakan untuk menjadi caleg baik di tingkat pusat maupun daerah. Dalam wawancara dengan RRI Karim mengatakan kondisi tersebut terjadi sebagai buah dari ketidak siapan para caleg yang ketinggalan politik tidak berbekal pengalaman,sehingga mereka seakan-akan menjadikan ongkos politik sebagai investasi. Gejala ini tidak begitu menggembirakan bagi politik Indonesia,karena semestinya pengalaman kemasyarakatan dijadikan sebagai investasi terpenting bagi seseorang untuk terjun ke dunia politik. Tetapi yang terjadi saat ini justru malah bergeser ke investasi dalam bentuk uang sehingga mereka harus berhitung berapa jumlah kaos yang harus dibayar,jumlah spanduk,baligo dan masih banyak lagi keperluan yang harus dibiayai seorang caleg. Ditegaskan Karim Suryadi seakan-akan suara itu sudah dihargakan. Kondisi ini dilakukan oleh politisi yang terus berulang dan berulang tiap menjelang Pemilu,mereka mendekati konstituennya dengan cara instan dengan iming-iming politik uang. Jadi hal ini bukannya salah masyarakat sebagai calon pemilih karena mereka lebih menghargai upaya yang dilakukam politisi ketimbang apa yang diberikan oleh politisi. Ketika disinggung berapa idealnya biaya politik bagi caleg,Karim menegaskan sebenarnya tidak ada patokan,karena dari tahun ke tahun berubah dan besaran ongkos politik akan ditentukan oleh strategi politisi tersebut dalam memperjuangkan apa yang dicita citakan. Dalam politik modern,kampanye bukan hanya dilakukan untuk memenangkan kursi tetapi banyak pejabat politik di negara lain terus berkampanye meskipun mereka sudah menduduki sebuah jabatan publik tetapi kampanye itu diarahkan bagaimana cara publik mendukung kebijakan yang dia perjuangkan. Hal ini tegas Karim Suryadi,di Indonesia belum lazim sebab di Indonesia umumnya politisi akan berhenti berkampanye,berhenti meraih simpati dan berhenti meraih dukungan masyarakat apabila kedudukan sudah didapat. Di negara lain yang sudah lebih modern kondisi tersebut tidak terjadi. Topik bermunculannya politisi dadakan menjelang Pemilu Legislatif 2009 ini,akan dibahas tuntas dalam live dialog RRI Bandung bertajuk GENTRA RRI BANDUNG edisi Selasa 20 Januari 2009 pada jam 07.20 hingga 08.00 wib melalui Pro 1 AM 540 Khz dan Pro 2 FM 96 Mhz. Pendengar dapat berinteraksi aktif dalam acara tersebut melalui telepon 022-7200996 atau 022-7207031, pesan singkat melalui 085 521 49 760.(Lestari Justian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar