Garut.RRI
Mata Lembu. Dua suku kata itu akan menjadi sangat akrab ditelinga kita jika kita mengunjungi sebuah pantai nun jauh di sebelah selatan Kabupaten Garut yang bernama Rancabuaya.Pantai Rancabuaya, terletak di Kampung Riung Gunung, Desa Purbayani, Kecamatan Caringin, Garut. terletak sejauh kurang lebih 140 kilomter dari Kota Garut, pantai Rancbuaya dikenal sebagai pantai yang sangat indah, namun juga dikenal dengan ombaknya yang kurang ramah.Namun bukan hal itu yang akan menjadikan kita penasaran saat berkunjung ke Rancabuaya, melainkan sebuah makanan khas daerah tersebut yang disebut mata lembu. Sekilas, mendengar dua kata ini, pasti yang teringat adalah dua mata sapi (lembu). Namun dugaan tersebut, ternyata salah besar. Sebab mata lembu bukanlah merupakan mata sapi, melainkan sejenis makanan khas yang berasal dari sejenis siput.Bagi masyarakat Sunda, pasti semua orang sudah mengenal sejenis makanan dari siput yang biasa disebut "tutut". Nah, makanan mata lembu, tidak jauh berbeda dengan tutut. Hanya saja mata lembu bentuknya jauh lebih besar dan memiliki kekhasan yakni memiliki benda seperti kerang atau batu mutiara yang terdapat di depan tubuhnya. Fungsi benda ini ialah menutup dan melindungi dirinya dari berbagai pengaruh dari luar ke dalam tubuh siput ini. Secara kebetulan, bentuk dan warna benda ini mirip dengan mata sapi. Oleh sebab itulah siput ini dinamai mata lembu.Uniknya, siput mata lembu ini tidak terdapat di sembarang tempat. Hanya beberapa pantai saja yang memiliki habitat siput mata lembu yang konon menurut sebagian warga yang kerap menyantap makanan tersebut bisa membangkitkan gairah seksual dengan tingkat libido tinggi ini di Kabupaten garut yakni di Pameungpeuk, Santolo dan Rancabuaya saja. Konon, di Rancabuaya inilah, terdapat habitat mata lembu paling besar. Oleh sebab itulah selain melaut, terkadang beberapa warga dan nelayan setempat secara iseng beralih "profesi" sebagai pencari dan penjual mata lembu yang dihargai sebesar Rp 10 ribu perkilogramnya.Untuk mendapatkan si mata lembu, orang harus mencarinya di malam hari. Sebab pada saat gelap, si mata lembu banyak keluar dari laut dan karang menuju pantai . Saat terdampar inilah, warga bisa langsung mengambil si mata lembu ini.Hendar (35) salah seorang pencari si mata lembu menuturkan, pada dasarnya mata lembu tidak berbeda dengan tutut yang biasa dimakan orang Sunda. namun demikian, mata lembu memiliki beberapa kelebihan lain, diantaranya ialah untuk menambah vitalitas bagi orang dewasa.Kepada RRI Hendar mengaku, dirinya sudah bertahun-tahun berprofesi sebagai pencari si mata lembu disamping sebagai nelayan udang. Menurut dia, menjual si mata lembu memang tidak seuntung dirinya menjual udang kepada warga sekitar atau ke konsumen lainnya. Hal ini dikarenakan keberadaan si mata lembu yang masih kalah populer dari udang yang bahakn kini dikenal sebagai makanan seafood mahal di kota-kota besar. "Namun untuk sekala Garut, lumayan masih bisa laku menjual si mata lembu," tutur Hendar kepada Tribun saat ditemui sedang mencari si mata lembu di pantai Rancabuaya, Sabtu (10/1) malam.Menurut bapak tiga anak yang merupakan warga asli Riung Gunung ini, berprofesi sebagai pencari dan penjual si mata lembu dirasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. hal ini disebabkan karena keberadaan si mata lembu bagi warga sektiar dan Kabupaten garut pada umumnya, dirasakan sudah cukup dikenal. Apalagi jika sudah dimasak secara profesional dan masuk ke beberapa restoran di garut, harga si mata lembu bisa jauh melambung tinggi. Namun jika kita menikmati si mata lembu di habitat aslinya, yakni di kawasan Rancabuaya, harganya tidak begitu mahal. Satu porsi dihargai mulai Rp 15 hiingga 25 ribu, tergantung porsinya.Asyiknya lagi, menikmati si mata lembu di pantai Rancabuaya adalah pada saat hari menjelang petang, dimana matahari sudah mulai redup ke pengaduannya. Meski dimasak secara tradisional dan sederhana, hanya direbus dan dicelupkan ke dalam saus tomat saja,sa si mata lembu menjadi sangat nikmat. Apalagi jika hari sudah menjelang tengah malam, sajian si mata lembu yang hangat membuat kita ketagihan untuk datang lagi ke Rancabuaya. (By Irwan rudiawan)--
Senin, 12 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar